Kapal Pukat Harimau Yang Sering Mucul di Perairan di Pulau Gumbing Meresahkan Nelayan Setempat
Jakarta - Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Kabupaten Bintan,
Kepulauan Riau, sering menemukan kapal pukat harimau (trawl)
beraktivitas di antara Pulau Numbing dengan Perairan Pulau Gentar,
Kabupaten Lingga. Hal tersebut meresahkan nelayan tradisional di daerah
ini.
Ketua KNTI Bintan, Syukur Hariyanto alias Buyung Adly mengatakan,
aktivitas kapal pukat harimau itu meresahkan nelayan tradisional.
Apalagi jumlahnya tidak sedikit. Pukat harimau tidak hanya merusak
terumbu karang melainkan juga mengancam kepunahan ekosistem ikan.
Akibatnya, kata dia, produktivitas nelayan tradisional di Perairan Pulau Numbing, Bintan, dan Pulau Gentar menurun. "Ada sebanyak 20 kapal pukat harimau. Kami sudah mengidentifikasi berdasarkan laporan nelayan,"katanya di Bintan, Rabu (20/10).
Rata-rata kapal tersebut, dia menerangkan, memiliki kapasitas 10-12 GT
dengan ukuran panjang sekitar 20 meter. Kapal itu dapat menampung beban
sekitar 10 ton.
Kapal-kapal itu, paparnya, sandar di tempat yang jauh dari aktivitas
nelayan tradisional, namun masih di Perairan Bintan dan Perairan
Tanjungpinang. "Kapalnya cukup besar, dengan intensitas kerusakan ekosistem di laut
cukup tinggi jika tidak segera dihentikan,"ujarnya seperti dilansir
dari Antara.
Buyung mengatakan, aktivitas kapal pukat harimau itu secara terselubung,
bahkan pemilik kapal pukat harimau itu membuat seolah-olah kapal
tersebut hanya memiliki jaring biasa dan bubuh. Bagi nelayan
tradisional, menurut dia, tidak sulit mengidentifikasi kapal pukat
harimau.
"Kalau kita lihat sekilas seperti kapal biasa, tampak jaring dan bubuh,"terangnya. Dia menegaskan, permasalahan aktivitas pukat harimau tersebut sudah disampaikan kepada berbagai instansi yang berwenang.
"Kami berharap permasalahan ini segera dituntaskan untuk kepentingan nelayan tradisional Bintan dan Lingga,"tutupnya.
Komentar
Posting Komentar